Fakta Baru soal Keluarga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Terkuak, Polisi Ungkap Kondisi Keluarganya
Jakarta – Polda Metro Jaya mengungkap sejumlah fakta baru terkait keluarga anak berkonflik dengan hukum (ABH) yang menjadi terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta. Fakta-fakta ini mencakup kondisi keluarga yang tidak harmonis, perasaan kesepian pelaku, hingga perceraian orang tuanya yang berdampak besar terhadap kondisi psikologis anak tersebut.
ABH Tak Punya Tempat Curhat
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanuddin, menyampaikan bahwa pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta didorong oleh rasa kesepian dan tidak memiliki tempat untuk berkeluh kesah. Kondisi psikologis tersebut membuatnya nekat melakukan aksi berbahaya di lingkungan sekolah.
“Ada hal menarik dalam penyidikan. Anak berkonflik dengan hukum ini memiliki dorongan kuat untuk melakukan peristiwa hukum karena merasa sendiri dan tidak memiliki tempat curhat, baik di keluarga maupun di sekolah,” ujar Iman dalam konferensi pers, Selasa (11/11/2025).
Pihak kepolisian juga menyoroti pentingnya dukungan emosional bagi anak, terutama yang menghadapi situasi keluarga yang kompleks. Kasus ini turut menjadi perhatian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Tinggal Bersama Ayah, Ibu di Luar Negeri
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, menjelaskan bahwa ABH tinggal hanya bersama ayahnya. Sementara sang ibu diketahui bekerja di luar negeri dan belum sempat dimintai keterangan oleh penyidik.
“ABH tinggal bersama ayahnya, sementara ibu bekerja di luar negeri,” ungkap Budi saat dikonfirmasi, Rabu (12/11/2025).
Budi menambahkan bahwa ayah ABH juga telah diperiksa oleh pihak kepolisian untuk memberikan keterangan terkait keseharian dan kondisi psikologis anaknya. “Ayahnya bekerja dan telah kami mintai keterangan, sementara ibu belum bisa diperiksa karena berada di luar negeri,” imbuhnya.
Orang Tua Bercerai dan Dampaknya bagi Anak
Selain tinggal terpisah dari ibunya, diketahui bahwa kedua orang tua ABH telah resmi bercerai. Menurut Budi, kondisi tersebut memberikan dampak emosional yang cukup berat bagi pelaku.
“Kalau bicara soal keluarga, mereka memang sudah berpisah. Kondisi ini tentu memengaruhi kondisi psikologis anak. Ada sisi kemanusiaan yang harus kita jaga, dan ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak,” ujarnya.
Perhatian Pemerintah dan KPAI
Kondisi sosial dan psikologis pelaku kini menjadi perhatian serius pemerintah dan KPAI. Mereka menilai, peristiwa ini menjadi refleksi penting tentang pentingnya peran keluarga dan sekolah dalam membangun komunikasi yang sehat dengan anak-anak.
- Peningkatan perhatian psikologis terhadap anak yang mengalami perceraian orang tua.
- Perluasan program konseling di sekolah-sekolah negeri dan swasta.
- Sinergi antara aparat, guru, dan keluarga dalam pencegahan tindakan ekstrem di kalangan pelajar.
Dengan langkah terpadu tersebut, diharapkan kasus serupa tidak kembali terjadi dan anak-anak memiliki ruang aman untuk mengungkapkan perasaan serta tekanan yang mereka alami.
Kesimpulan
Kasus ledakan SMAN 72 Jakarta bukan sekadar persoalan kriminal, tetapi juga gambaran nyata tentang pentingnya perhatian keluarga terhadap anak. Fakta baru yang terkuak menunjukkan bahwa latar belakang keluarga yang tidak harmonis dapat menjadi faktor pemicu tindakan berisiko. Oleh karena itu, sinergi antara keluarga, sekolah, dan aparat sangat dibutuhkan demi mencegah tragedi serupa di masa depan.
